Sunday 24 February 2008

Ngapain kuliah

Gimana rasanya setelah menjalani “liburan” smester ini? Bosen ga selama masa liburan? Kangen ga sama bangku kuliah? Kalo nggak, patut dicurgai tuh... Jangan-jangan termasuk orang yang ga punya motivasi kuliah neh... atau lebih parah lagi, karena emang ga punya niat buat kuliah sejak awal ya... atau karena ngerasa liburnya kurang ya... ayo... ngaku deh....

Tenang, jangan kabur dulu... tulisan ini ga bertujuan buat nge-underestimate kamu kok... cuman mau nyepet aja. Coba deh perhatiin disebelah kamu, ada orang ga? Kalo ga ada coba cari dulu. Kalo dah ada tanya, “gimana rasanya masuk kuliah setelah libur?”, mungkin bagi sebagian orang ada yang menjawab dengan satu kata “Males”. Walaupun mungkin ada juga yang berkata “seneng atuh” walaupun jumlahnya ga banyak, dan kebanyakan karena ada motivasi lain, misalnya biar bisa ngedate lagi sama dosen.

Terlepas dari seneng atau malasnya kamu untuk menjalani lagi kuliah setelah liburan, ada beberapa hal penting yang terkadang terlupakan. Bukan bermaksud menasehati apa lagi menggurui, tapi cuman mau ngasih petuah aja. Mau tau hal apa saja yang sering terlupakan itu? Dengerin... eh, baca lanjutan tulisan ini baik-baik.

Ngapain sih kuliah?
Ayo jawab, mumpung pertanyaanya belum keluar di UAS. Pasti banyak jawaban yang kamu punya. “menambah ilmu”, “memperluas wawasan”, “biar bisa kerja”, “memenuhi perintah ortu, biar mereka seneng”, “memperpanjang riwayat pendidikan formal”, “biar ada kerjaan dari pada bengong di kamar”, “iseng”, “menambah teman sekaligus gebetan”. Kalo jawaban kamu ada diantara tulisan di atas, kamu kudu baca lanjutan ceritanya. Nah, beruntunglah orang-orang yang jawabannya ga ada di atas, karena diharuskan untuk membaca lanjutan tulisannya agar ga bingung.

Kuliah ngapain aja?
Kegiatan sampingan seorang mahasiswa harus dikesampingkan a.k.a ditinggalkan terlebih dahulu selama masa kuliah, karena dapat menimbulkan efek samping yang dapat mengenyampingkan tujuan utama kuliah. Apa saja yang termasuk kegiatan sampingan? Bukan hanya Tuhan saja yang tahu tentang hal itu. Kamu juga harus tahu, agar bisa tersesat ke jalan yang benar dan tidak kembali ke jalan yang salah. Kuliah merupakan salah satu tempat yang disediakan untuk memakan bangku pendidikan selama memegang gelar mahasiswa, walaupun sebenarnya pendidikan tidak pernah jadian dengan sesuatu yang disebut tempat, waktu dan status.

Kembali ke si topik. Salah satu cara untuk mengetahui apa yang menjadi sampingan mahasiswa adalah dengan mengetahui kegiatan utama, dan satu-satunya kegiatan utamanya adalah makan bangku kuliah. Jadi selain kegiatan makan bangku kuliah harap dilupakan dulu, kecuali kalo proses makannya dah terkontrol dan terkendali.

Makan bangku disini bukan berarti hanya dateng, duduk, dan diam di tempat perkuliahan, tapi juga turut berperan aktif, kreatif, inovatif, dalam menyelesaikan tugas dan memecahkan permasalahan bangsa. Benarkah? Ya iyalah masa ya iya sih. Makan bangku juga bukan berarti hanya mendengarkan suara merdu bapak dan ibu dosen. Dan yang pasti, makan bangku bukan berarti menyaingi rayap dalam menghabiskan kayu-kayu atau bahakan besi yang ada.

Seperti yang udah ditulis di atas, pendidikan tidak pernah jadian dengan sesuatu yang disebut tempat, waktu dan status. Dia masih jomblo. Dan karena kejombloannya itulah maka dia bisa bebas bermain dimana pun, kapan pun dan dengan siapa pun. Tampaknya, pendidikan hanya akan menjadikan ketiganya sebatas teman akrab. Jadi belajarlah dengan tidak hanya makan bangku kuliah, cobalah makan makanan yang lain. Ada meja UKM, pintu Ormas dan lain sebagainya.

Masih bingung dengan tulisan ini? Bersyukurlah karena berarti otak kamu masih berfungsi dengan baik. Lanjutin deh bacanya.

Tulisan ini sudah selesai. Jika kamu merasa bingung, pusing, aneh... itu wajar, karena sekali lagi, otak kamu masih berfungsi dengan baik. Begitu banyak hal-hal lain yang lebih bermanfaat dari pada hanya sekadar membaca ulang tulisan ini, atau mencari lanjutan tulisan ini, karena sekali lagi, tulisan ini sudah selesai.

NB : Jika masih penasaran silakan saja baca ulang tulisan ini. Mungkin ada huruf yang terlewat.
Masih NB : Hanya ada satu kalimat kesimpulan bagi anda yang benar-benar penasaran sampai mau membaca hingga titik terakhir, yaitu “Kuliah tetap perlu, karena kuliah tidak hanya berada di ruang kelas”.

Sunday 17 February 2008

sekadar pengguguran kewajiban

Akhirnya selesai juga menulis sesuatu-yang-mirip-sebuah-biografi. meski telat dari deadline. Meski tidak sesuai dengan time schedule yang sengaja dibuat sendiri. meski isinya benar-benar masih jauh dari "hasil terbaik yang bisa diberikan", meski hanya menjadi sebuah pengguguran kewajiban, tapi, akhirnya tugas itu memang telah ditunaikan, apapun hasilnya, apapun tanggapan orang lain, apapun yang akan terjadi nanti.

tugas ini muncul kurang lebih satu bulan yang lalu. saat itu kang agus menawari salah seorang "musuh" saya sesama operator warnet, yaitu donny untuk membantunya membuat sebuah buku yang berisi tentang profil blogger. entah bagaimana ceritanya, yang jelas saya dijerumuskan oleh donny ke dalam proyek itu. sayangnya usul itu diterima oleh kang agus.

berhubung saat itu sedang tidak ada kegiatan selain, ngurus aktivasi kuliah (smester kemaren cuti), ngurus registrasi ulang, ngebantu persiapan PJDnya UKPM Birama, jaga warnet, memoderasi forum diskusi di internet, belajar bahasa arab online, bengong, tidur, makan, maen game dan aktivitas-aktivitas yang-menurut-saya-sangat-penting lainnya, saya pun menerima tawaran tersebut.

saya pun memulai dengan menghubungi para target tokoh via email untuk meminta biodata dan data-data pribadi lainnya, agar mempercepat proses penulisan. sayangnya di tengah kekosongan waktu saya yang sangat banyak tersebut banyak sekali rencana-rencana pencapaian target yang harus terundur. begitu banyak alasannya, sehingga tampaknya tidak layak untuk ditulis di sini satu pun.

sekali lagi, akhirnya selesai juga proses penulisannya, akhirnya selesai juga tugas yang diberikan kepada saya, akhirnya kembali lagi waktu saya yang memang sejak dahulu tidak pernah kemana-mana. akhirnya.....

-----
silakan baca kondisi donny selama membuat tulisan, di http://mind.donnyreza.net/07022008/kejar-setoran

Sunday 10 February 2008

kemiskinan : sedikit telaah aja

mau ikut-ikutan donny yang menulis tentang parade kemiskinan di blognya sendiri. soalnya dah lama ga bikin tulisan, so... masih males nyari ide sendiri nih. tenang aja, sudut pandang yang digunakan beda kok. menarik atau tidaknya silakan putuskan sendiri setelah membaca ya..

here we go...

banyak orang yang merasa risih dengan status kemiskinannya. di sisi lain, ada juga orang yang bangga dengan kemiskinannya, malah bangga menunjukkan bahwa dia adalah orang miskin. orang yang risih, ada yang bersusah payah keluar dari kemiskinannya, bahkan tega melakukan tindakan yang belum tentu benar menurut hukum (baik itu hukum negara maupun hukum agama). umumnya penjudi, pemeras, pencuri, perampok, penipu, pembajak (selain pembajak sawah) dan sodara-sodaranya adalah orang-orang yang ingin segera keluar dari kemiskinan.

ada juga yang menutupi kemiskinannya dengan cara membeli kemewahan, meskipun hanya sebuah imitasi. mungkin ada yang pernah melihat orang yang lebih memilih untuk berhutang untuk dapat membeli sesuatu, dari pada membayar hutangnya. alasannya : demi gengsi.

berbeda dengan orang-orang yang risih dengan kemiskinannya, orang yang bangga dengan kemiskinan memanfaatkan statusnya itu agar mendapatkan sesuatu dengan mudah. kebajikan pemerintah yang membuat kebijakan Asuransi Kesehatan (Askes), atau Bantuan Langsung Tunai (BLT), atau kebijakan-kebijakan lainnya yang berkaitan dengan masyarakat miskin banyak dimanfaatkan oleh orang-orang yang bangga dengan kemiskinannya, atau lebih tepatnya "merasa miskin".

selain memanfaatkan fasilitas dari pemerintah, orang-orang tersebut pun ada yang memilih berprofesi sebagai pengemis, sekali lagi berprofesi sebagai pengemis. terlepas dari benar atau tidaknya berita ini mungkin ini yang menjadikan orang terpicu untuk berprofesi sebagai pengemis juga bangga dengan kemiskinannya.

kemiskinan di atas merupakan pemikiran tentang kemiskinan secara materi. ya, seringkali kemiskinan dikaitkan dengan materi, bahkan bank dunia memiliki ukuran untuk melihat jumlah kemiskinan secara materi, yaitu pengeluarannya $1 per kapita per hari atau kurang. ntah bagaimana cara penghitungannya... silakan pikirin sendiri ya...  :cekekekek:

ada yang menilai bahwa kemiskinan yang ada merupakan sebuah tindakan yang telah dirancang secara matang, eli menyebutnya "pemiskinan yang terstruktur", alasannya... silakan tanya sendiri, atau konsultasi ke mbah gugel    :siul:


inti dari tulisan di atas adalah, kemiskinan merupakan sebuah masalah yang harus diatasi. benarkah?
silakan lanjutkan membacanya  :senang:

terlepas dari itu semua, namun masih ada hubungannya (bingung pastinya kan? :tawasetan: ), ada sebuah pemikiran lain. (ya... seperti biasa, selalu ada paradigma lain tentang suatu masalah :hehehe: ). paradigma itu adalah, kemiskinan merupakan sebuah bentuk lain dari perasaan, jadi tidak selalu menjadi sebuah masalah yang harus diatasi. ya, kemiskinan (materi) adalah kondisi dimana seseorang merasa kurang terhadap materi yang dimilikinya. orang miskin selalu disamakan dengan orang yang tidak bahagia, selalu kekurangan, selalu kesulitan. padahal sebenarnya tidak selalu. sedikitnya jumlah materi tidak lantas membuat seseorang pasti merasa kesulitan, tidak bahagia, ataupun kekurangan.

mungkin ada yang pernah melihat seorang tukang becak yang selalu tersenyum dan terlihat bahagia mengantar penumpangnya ke tempat tujuan, meski area kerjanya kian dibatasi oleh pemerintah demi nama kenyamanan, keamanan, keindahan dan ketertiban. saya pernah bertemu dengan seorang penjual roti bakar dipinggir jalan yang tidak rela menerima BLT, karena masih merasa mampu membiayai hidup keluarganya sendiri, dan dia bangga dengan prinsipnya itu (tidak ada aura sombong saat dia mengatakan itu, dan semoga memang dia tidak sombong).

jika diperluas ke arah non materi, begitu banyak bentuk kemiskinan. dampak dari kemiskinan pun kian banyak, bahkan lebih berbahaya daripada kemiskinan materi, mulai dari global warming, kecelakaan lalu lintas, bahkan perpecahan antar individu.

oleh karena itu, kemiskinan tidak selalu merupakan sebuah permasalahan. tidak ada salahnya jika kita memang dikategorikan sebagai orang miskin berdasarkan kriteria dari bank dunia. bukan masalah jika kita hanya terbiasa makan sesuai porsi 4 sehat tanpa 5 sempurna. bukan masalah ketika kita diperkirakan tidak akan mampu membayar biaya pendidikan anak. keadaan miskin materi bukanlah permasalahan utama yang  menjadi prioritas utama untuk diselesaikan, namun bukan berarti miskin secara materi tidak perlu diselesaikan, sebab rosul menegaskan bahwa kefakiran dekat dengan kekafiran (periksa sendiri deh haditsnya). :senang:

masalah terkait kemiskinan adalah ketika ada yang memiliki pendapatan $1 perjam dengan sampingan sekitar Rp 21 juta perbulan masih menuntut penerimaan BLT, bahkan menyogok agar tidak ikut antri. (extreem banget ya?  :cekekekek: ) atau secara ilmiahnya sederhananya disebut syndrom-merasa-miskin-jadi-berhak-untuk-mengemis (jika sulit membacanya, cukup baca yang dibold). inilah persoalan yang perlu diselesaikan terlebih dahulu. jika mau lebih spesifik lagi, maka hal yang perlu segera diperbaiki adalah sisi nonmateri manusia.

bagaimana cara untuk memperbaiki sisi non materi manusia? perkataan selalu lebih mudah dari pada perbuatan. sesuatu yang sangat sederhana untuk diucapkan tapi sulit untuk konsisten dilakukan, entah karena kurang sabar (lagi-lagi ini penyakit perasaan), tidak percaya atau alasan-alasan lainnya. bagi saya, solusi untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah kembali kepada sang pembuat dan pemilik jiwa, karena DIAlah yang paling mengerti tentang sisi non materi manusia. konkritnya adalah menjalankan perintahNYA dan menjauhi laranganNYA. lebih spesifik lagi adalah meneladani hal-hal yang diserukan oleh rosulNYA semampu kita dan meninggalkan segala yang dilarang oleh rosulNYA.

masih tidak jelaskah? bingungkah? belum puaskah?

selamat!!! karena berarti otak anda dan perasaan anda masih berfungsi dengan baik, silakan cari tulisan lain dari penulis yang lain.


tambahan dikit:
hadist terkait masalah pengemis silakan cek kesahihan hadits-hadits berikut :


“Sesungguhnya meminta-minta itu sama dengan luka-luka yang dengan meminta-minta itu berarti seseorang melukai mukanya sendiri. Oleh karena itu, siapa mau silakan menetapkan luka itu pada mukanya, dan siapa mau silakan meninggalkan, kecuali meminta kepada sultan atau meminta untuk suatu urusan yang tidak didapat dengan jalan lain.” (HR Abu Daud dan Nasai)

Akan tetapi, meski demikian, Rasululloh SAW juga menyarankan untuk bekerja daripada mengemis, karena BEKERJA ITU LEBIH BAIK DARIPADA MENGEMIS. Dasarnya adalah hadits berikut,“Seorang yang membawa tambang lalu pergi mencari dan mengumpulkan kayu bakar lantas dibawanya ke pasar untuk dijual dan uangnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan dan nafkah dirinya maka itu lebih baik dari seorang yang meminta-minta kepada orang-orang yang terkadang diberi dan kadang ditolak.” (Mutafaq’alaih)

“Sedekah tidak halal buat orang kaya dan orang yang masih mempunyai kekuatan dengan sempurna.”(HR Tarmidzi)

”Siapa yg meminta-minta pada orang lain untuk menambah kekayaan hartanya berarti dia menampar mukanya sampai hari kiamat dan makan batu dari neraka jahanam. Oleh karena itu, saa yg mau silakan minta sedikit dan siapa yg mau silakan minta sebanyak-banyaknya.”(HR Tarmidzi)

Sunday 3 February 2008

Ketika tak ada listrik

Tarian api di atas lilin menjadi hiburan di kala malam
Menemani kicauan ibu-ibu yang sedang melanjutkan rumpiannya
Suara canda anak-anak kecil yang berlarian di jalan menambah riang suasana
Suara obrolan bapak-bapak mengenai pekerjaannya menjadi melodi yang meriah
Suara para pedagang menambah simfoni alam yang kian merdu
Sepenggal episode malam terekam oleh ku
Terbayang oleh ku sebuah adegan nan indah
Gerak lintasan obor yang memanjang di kala sore
Diiringi celotehan anak-anak yang hendak ke surau
Ditemani kicauan burung-burung yang pulang ke sarangnya
Suara jangkrik dan katak memenuhi komposer alam kala itu
Gemericik air sungai ditimpali dendang dedaunan menambah melodi menjadi indah
Kesunyian malam menjadi jeda yang menjadikan alunan musik itu kian dramatis
Lamunanku terbuyarkan seiring dengan gemerlap lampu
Rumpian pun terhenti seketika
Obrolan pun menjadi bisu
Teriakan-teriakan menjadi senyap
Tarian api pun terdiam seketika
Hanya para para pedagang yang tetap setia menjajakan dagangannya
Adegan pun berganti menjadi aktivitas individualis
Kini suara-suara keluar dari kotak televisi
Yang ditingkahi oleh speaker tape
Pertanda listrik telah mengalir di rumahku